PROFAUNA Indonesia dan Kayoman Petakan Puluhan Mata Air di Pedawa
Didampingi PROFAUNA Indonesia, Kayoman memetakan puluhan sumber mata air yang tersebar di Pedawa. Puluhan sumber mata air tersebut tak berada di tanah milik desa atau negara, melainkan di tanah-tanah milik perorangan.
KBRN, Singaraja: Mendapatkan pendampingan langsung dari PROFAUNA Indonesia, kelompok Kayoman sejauh ini telah berhasil memetakan lebih dari 40 sumber mata air yang tersebar di Pedawa. Sebelum mendapatkan pendampingan, sumber-sumber mata air tersebut diketahui belum tersentuh secara maksimal oleh Kayoman.
Ranger PROFAUNA Indonesia, Erik Yanuar, mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh Kayoman saat ini adalah status tanah di mana sumber-sumber mata air tersebut berada.
"Setiap sumber mata air di sini dimiliki oleh perorangan dan mereka bisa melakukan apa saja terhadap sumber tersebut," ujarnya pada RRI Singaraja.
Erik mengatakan pentingnya kesadaran akan konservasi hutan seperti yang telah konsisten dilakukan oleh Kayoman menjadi alasan utama mereka lantas memutuskan untuk melakukan pendampingan terhadap kelompok yang dibentuk pada 6 Desember 2016 itu.
Pria yang diketahui sempat melakukan pendampingan di Kalimantan Timur itu juga mengatakan air memiliki posisi yang penting dalam masyarakat Pedawa serta tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan minum.
"Budaya adalah hal yang dapat mendorong konservasi lingkungan. Kebutuhan spiritual masyarakat (pada air) bisa menolong alam," terang Erik.
Kehadiran PROFAUNA ke Pedawa menghadirkan secercah harapan bagi Putu Yuli Supriyandana, salah seorang pendiri Kayoman. Pria yang berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah di Buleleng itu berharap Kayoman nantinya bisa memiliki hutan pribadi yang bisa memberikan keleluasaan mereka dalam rangka pelestarian alam di Pedawa.
"Ingin punya lahan sendiri, karena nanti (rencananya) kita akan membuat hutan yang bakal ditanami dengan tanaman yang tidak bisa lepas dengan upacara yang ada di Pedawa. Kalau seperti yang kita lakukan sekarang kan terbatas, mengingat status hak milik lahan yang kita tanami," kata Yuli.
Telah berdiri sejak tahun 1994, PROFAUNA Indonesia konsisten melakukan pendampingan pada isu perlindungan hutan dan satwa liar. Melalui semangat yang dikobarkan oleh Rosek Nursahid dan Made Astuti, pasangan suami istri pendiri PROFAUNA, yayasan yang didirikan di Kota Malang ini selalu menyambut kolaborasi yang datang dari berbagai pihak sebagai upaya untuk melindungi hutan sekaligus melestarikan satwa di dalamnya.
Artikel ini telah dipublikasikan di: RRI.co.id pada tanggal 16 Juni 2023