- English
- Bahasa Indonesia
Bencana di Kaki Arjuna
Sinar matahari tepat di atas kepala, Hari Suliono, 52 tahun, warga Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur berkutat dengan aneka tanaman bunga potong. Memupuk aneka warna bunga hortensia, dan anthurium yang terhampar di bawah pohon pinus. Saban hari, Hari bersepeda motor masuk ke dalam hutan di kaki Gunung Arjuna untuk merawat bunga-bunganya.
Hari merupakan Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonomulyo yang tengah mengelola lahan lahan seluas satu hektare di hutan produksi Perum Perhutani. Sebagian lahan di bawah tegakan pohon pinus mulai ditanami tanaman kopi. Sejak dua tahun terakhir, petani hutan mulai mengubah pola tanam dengan meninggalkan tanaman semusim seperti wortel, kentang, kol dan sawi mengganti aneka tanaman buah.
"Tak mudah mengubahnya, pelan-pelan. Sementara masih ada yang menanam sayuran," katanya. Sejak tiga tahun, KTH Wonomulyo mengajukan pengelolaan hutan dalam program perhutanan sosial. Total hutan yang dikelola seluas 358 hektare, sekitar 40 persen berupa hutan lindung selebihnya hutan produksi. KTH Wonomulyo beranggotakan 300-an petani hutan setempat.
Perubahan pola tanam, meninggalkan pola pertanian holtikultora sejak terjadi banjir bandang pada Kamis sore, 4 November 2021. Sebanyak tujuh tewas, 33 terluka, 107 ternak mati dan 35 rusak. Saat banjir bandang, katanya, Hari tengah berada di hutan merawat tanaman. Sore itu, kabut menutup kawasan. Hujan deras mengguyur, dua jam non stop mulai pukul 14.00-16.00 disertai angin, dan petir. "Hujan lebat bukan main," katanya.
Hujan reda, Hari pulang mengendarai motor. Namun, jalan terputus. Terjadi longsoran, gelondongan kayu berserakan. Sesampai di rumah, ia melihat banyak rumah hanyut. Sejumlah warga ditemukan hanyut, diselamatkan dan dievakuasi ke rumah sakit. "Dari kakek buyut saya, baru sekali terjadi banjir bandang. Belum pernah ada banjir dahsyat seperti itu," katanya sembari mengenang banjir bandang di kawasan hulu sungai Brantas.
Banjir banjir disebabkan sebuah embung atau tampungan alami yang terbentuk dari longsoran tanah dan dipenuhi pohon tumbang sisa kebakaran hutan 2019. Sehingga saat hujan embung ambrol, menghanyutkan pepohonan berdiameter lebih dari dua meter. Sebagian hutan gundul, ditanami aneka sayuran yang tak bisa menahan air hujan. "Di hutan ada embung. Saat hujan ambrul. Air bah, gelondongan kayu sampai di kampung," katanya.
Sejak itu, ia bersama petani hutan lainnya mengubah pola tanam. Mencegah banjir bandang kembali menerjang. Berbagai tanaman buah telah ditanam di bawah pohon pinus, hutan produksi Perum Perhutani. Mulai tanaman alpukat, nangka (Artocarpus), petai (Parkia speciosa Hassk), pule (Alstonia scholaris), durian ( Durio zibethinus Murr) dan kopi (Coffea Sp). Sebanyak 25 ribu bibit tanaman disebar, petani mengambil buah tanpa menebang. "Sehingga tidak ada pengolahan tanah secara intensif yang menyebabkan tanah longsor," kata Hari.
Selain itu, pertanian holtikultura juga membutuhkan perawatan secara intensif. Sedangkan harga ditentukan tungkulak, dan biaya perawatan mulai pupuk dan bibit yang terus melonjak. Sedangkan Hari mengaku, jika semakin tua ia tak bisa mengerjakan lahan pertanian secara intensif. "Berharap usia senja, bisa merasakan hasil produksi. Mulai menanam alpukat dan durian," katanya.
Petani juga tengah menyiapkan pembibitan untuk menyiapkan pertanian argoforestri, mulai kopi, alpukat, durian dan petai Sedangkan hutan lindung ditanami aneka jenis pohon rimba mulai beringin (Ficus benjamina), akasia (Acacia auriculiformis), cemara gunung (Casuarina junghuniana), bendo (Artocarpus elasticus) dan keluwek atau kepayang (Pangium edule). "Bulukerto desa penyangga hutan. Harus dijaga," katanya.
Mencicipi Kopi Arabika Arjuna
Sayuti, 60 tahun, menjadi salah satu contoh petani hutan yang berhasil mengembangkan kopi arabika di kaki Gunung Arjuna. Ia mengolah lahan di hutan produksi sejak 23 tahun lalu. Mulai 2016, ia memulai menanam kopi. "Sebelumnya sayuran. Hasil sayur tak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Terutama untuk membeli obat-obatan dan pupuk," kata Sayuti.
Hasilnya, lahan seluas satu hektare memberikan keuntungan hingga Rp 15 juta per tahun. Ia mendirikan sebuah gubuk untuk beristirahat, setiap di hutan bisa tinggal selama sepekan sampai 10 hari. Hasil kerja kerasnya digunakan untuk membangun rumah dan biaya sekolah anak-anaknya. "Membiayai kuliah, sampai lulus sarjana," katanya.
Namun, kebakaran hutan 2019 turut merusak seluruh tanaman kopi. Lantas, Sayuti, kembali menanam kopi sejak 2021. Bahkan, saat banjir seluruh tanaman kopi juga terendam banjir. Kini, sebagian tanaman telah berbuah dan panen.
Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Timur menyebut banjir bandang terjadi akibat embung di kawasan Pusung Lading. Hujan mengiikis tanah hingga menumpuk, membawa sedimentasi tanah, batu dan kayu. Ditemukan potongan kayu berdiameter dua meter sepanjang 15 meter. Terjadi alih fungsi hutan gundul berubah menjadi lahan pertanian semusim/
Kawasan hutan lindung beralih menjadi lahan pertanian sekitar 150 hektare setara dengan 138 lapangan sepak bola. Terutama di kawasan Pusung Lading dan Jengkoang. Alih fungsi terjadi sejak 10 tahun terakhir, terjadi perambahan kawasan hutan. World Agro Forestry, dalam kajian hidrologi 2000-2010 menyebut kondisi kritis hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas kritis. "Agrofrestri cocok, seperti tanaman buah dan kopi," katanya.
Analisis Global Forest Watch menyebutkan pada 2001, luas hutan primer di Batu seluas 5.15 hektare, membentangi 26 persen area lahannya. Pada 2021, kehilangan kurang dari 1 hektare hutan primer. Sedangkan tutupan pohon, sejak 2001 hingga 2022 Kota Batu kehilangan 352 hektare setara dengan penurunan 2.7 persen tutupan pohon sejak tahun 2000.
Lembaga konservasi PROFAUNA Indonesia mendampingi para petani hutan di kaki Gunung Arjuna. Mereka menyalurkan 30 ribu bibit tanaman dan mendampingi perawatannya. Aksi PROFAUNA Indonesia didasarkan atas perubahan kawasan hutan di kaki Gunung Arjuna.
Sebagian hutan terbuka dan berubah menjadi lahan pertanian holtikultura. Selama puluhan tahun masyarakat setempat beraktivitas pertanian di lereng gunung Arjuna yang tersebar di hutan produksi dan hutan lindung. Sejumah petani mengolah lahan secara turun temurun, bahkan ada yang sampai dua generasi.
"Bencana banjir menjadi pengingat, ada yang salah dalam tata kelola hutan. Hutan gundul. Selain disebabkan cuaca ekstrem, curah hujan tinggi," kata Ketua PROFAUNA Indonesia Rosek Nursahid. Hutan produksi ditanami aneka buah yang bisa diambil buahnya tanpa menebang pohon. Sedangkan hutan lindung, dikembalikan fungsinya untuk mencegah erosi, menyerap karbon, menghasilkan oksigen dan habitat bagi aneka satwa. Ditanam aneka pohon rimba.
PROFAUNA Indonesia mendekati petani hutan, dan membimbing dengan mengubah pola tanam. Masyarakat diberi kewenangan untuk mengelola hutan agar tetap lestari dan memberi manfaat ekonomi bagi warga sekitar hutan. Sedangkan pola tanam disesuaikan dengan stratifikasi vegetasi, disesuaikan dengan kondisi tanah dengan jenis tanaman. "Memadukan kepentingan ekologi dan ekonomi," kata Rosek.
Kopi jenis arabika dipilih, lantaran lokasi hutan berada diketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (m.dpl). Kopi, katanya, menjadi primadona. Sehingga dipilih untuk menjadi andalan petani. Kopi menjadi solusi ekonomi yang ramah hutan dibanding sayur, intensitas pengolaha tinggi. Permintaan kopi di pasar dunia tinggi, tak sebanding dengan produksi kopi petani. "Permintaan dari Singapura 10 ton per bulan, petani tidak sanggup memenuhi," katanya.
Selain itu, produksi kopi dikemas bagian dari usaha konservasi. Para pembeli petani kopi kaki Gunung Arjuna, katanya, turut membantu melindungi hutan tropis. Sedangkan di kawasan hutan lindung, PROFAUNA akan mengembangkan ecotourism atau ekowisata berbasis hutan dan satwa. Sedangkan, wisatawan ke Kota Batu sebagian besar menikmati wisata massal. "Pengamatan burung dan satwa di alam liar, menjadi atraksi yang menarik," katanya.
Wisata minat khusus, kata Rosek, akan berkontribusi bagi konservasi hutan. PROFAUNA mendata hutan di kaki Gunung Arjuna menjadi habitat sekitar 50 jenis burung. Relawan PROFAUNA Indonesia rutin mendata aneka satwa dan burung di kaki Gunung Arjuna. "Ditemukan juga elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Sang garuda, berkembangbiak baik," katanya.
Dalam pengamatan Rosek, selama pengamatan perjumpaan dengan elang Jawa relatif lebih mudah dibandingan hutan sekitarnya. Elang ditemukan bertengger di sejumlah pohon besar hutan lindung Gunung Arjuna. Hutan lindung kaki Gunung Arjuna juga menjadi habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan lutung Jawa (Trachypithecus auratus). Konsep ekowisata, telah dikembangkan d pusat pendidikan konservasi alam Petungsewu Wild Education (PWEC). Kawasan tersebut memiliki potensi besar dikembangkan menjadi ekowisata, sembari menikmati pemandangan alam dan udara bersih.
Perubahan Iklim dan Bencana Hidrometeorologi
Perubahan iklim menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, kekeringan, angin puting beliung dan sebagainya. Dampak nyata perubahan iklim turut dirasakan warga Malang Raya (Kabupaten/ Kota Malang dan Kota Malang. Mulai banjir bandang, angin kencang hingga hujan es. "Intensitas hujan lebat semakin meningkat, sudah dirasakan dan lihat langsung," kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso Malang, Ahmad Luthfi.
Kategori hujan lebat jika curah hujan lebih dari 50-100 milimeter per hari. Hujan sangat lebat dengan curah hujan 100-150 milimeter per hari. Sedangkan hujan ekstrem jika curah hujan melebihi 150 milimeter per hari. BMKG memprediksi hujan lebat dan esktrem bakal sering terjadi di Malang selama 10 tahun ke depan. Prediksi berdasarkan perbandingan data proyeksi perubahan curah hujan musiman periode 2020-2030, dengan periode sebelumnya pada 2006-2016.
"Selama dua tahun terakhir ini hujan lebat lebih sering terjadi di Malang. Diprediksi akan terus terjadi sampai 2030 mendatang," tuturnya. Sehingga, semua pihak harus terlibat aktif bersama-sama mengerem laju perubahan iklim dan meminimalisir potensi bencana hidrometeorologi. Manusia, katanya, tak bisa menghilangkan bencana. Namun, bisa mengurangi dampak dengan peringatan dini kepada masyarakat.
Dampak bencana hidrometeorologi tak hanya di satu daerah saja, namun turut terdampak di daerah lain. Seperti banjir bandang di Kota Batu dua tahun silam, limpahan air kawasan hulu Brantas turut menimbulkan bencana banjir di Kota Malang.
Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Paewai menuturkan jika sekitar 60 persen petani hutan telah beralih dari tananaman holtikultura berubah menjadi tanaman agroforestri. Selain itu, kawasan hutan yang gundul mulai dilakukan usaha reboisasi. Sehingga, diharapkan kawasan hutan di kaki Gunung Arjuna kembali pulih.
"Dulu ada penebangan, pohon-pohon diberisihkan," katanya. Aries telah mengerahkan sejumlah stakeholder untuk survei di sejumlah titik yang rawan banjir dan erosi. Selain itu, juga dilakukan usaha mitigasi mengantisipasi banjir dan longsor. Warga juga dilatih, sejumlah titik dipasang alat peringatan dini. Serta jalur evakuasi, dan titik kumpul.
Usaha Mitigasi dan Adabtasi Perubahan Iklim
Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1, Fahmi Hidayat menjelaskan jika kawasan hulu sungai Brantas terjadi pengolahan lahan secara intensif untuk lahan pertanian semusim seperti wortel dan kentang. Lahan terbuka, saat hujan deras bisa menyebabkan erosi. Sehingga membawa partikel, tanah ke aliran sungai yang berakhir di waduk Sengguruh, dan Sutami. Pertanian intensif, katanya, tidak didukung dengan teknik konservasi. "Jika ada hujan ekstrem, curah hujan tinggi. Berpotensi banjir bandang, seperti 2021," katanya.
Sehingga dibutuhkan usaha mitigasi, secara teknis dengan usaha sipil teknis mulai mengendalikan sedimentasi, mengecek kondisi dam. Serta kegiatan konservasi dengan melakukan penanaman vegetasi di kawasan hulu. "Untuk tangkapan air hujan dan menahan laju erosi," katanya.
Sedangkan terkait kebakaran hutan di Gunung Arjuna, dikhawatirkan berdampak hilangnya tutupan hutan. Limpasan permukaan sisa kebakaran, dikhawatirkan terbawa arus dan menyumbat aliran sungai. Sehingga bisa menimbulkan banjir. Selain itu, diperlukan alat untuk memberikan peringatan dini, menyajikan informasi atas potensi banjir.
Selain itu, juga berpengaruh terhadap debit aliran sumber Brantas yang merupakan titik nol sungai Brantas. Saat ini debit air kurang lebih 2,5 liter per detik. Sumber Brantas berada di tengah-tengah Arboretum Sumber Brantas seluas 12 hektare beradad di Dukuh Sumber Brantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Sungai Brantas sepajang 320 kilometer mengaliri 14 Kota/ Kabupaten di Jawa Timur. Arboretum Sumber Brantas khusus digunakan untuk penelitian, ditanami 10 ribu batang pohon. Total sebanyak 37 jenis tanaman diantaranya cemara gunung (Casuarinajunghuhniana), damar (Agathis alba), juwet (Eugenia cumini) dan damar (Agathis alba).
Erosi yang terbawa arus sungai menumpuk dan menutup waduk Selorejo sejauh 31 kilometer dari hulu Brantas. Luas waduk berkurang hingga separuh tertutup sedimentasi. Waduk yang dibangun sejak 1971 sesuai marster plan digunakan menampung air sebanyak 62,3 juta meter kubik. Sedangkan tahun lalu, diukur dengan elevasi 621 meter, volume air sekitar 27,65 jta meter kublik.
"Ada tiga kapal keruk yang beroperasi," katanya. Tujuannya, untuk menjaga tampungan efektif waduk agar berfungsi maksimal untuk mengendalikan banjir, irigasi persawahan, memenuhi kebutuhan domestik dan pembangkit listrik. Namun, laju sedimentasi yang masuk ke waduk lebih besar dibandingkan pengerukan.
Kawasan hulu tangkapan air di Waduk Selorejo mencakup daerah aliran sungai Konto, dan sungai kewayangan. Kondisi hulu, umumnya terjadi kerusakan. Mengalami degradasi akibat penebangan hutan secara liar sejak 1998. "Kualitas air juga menurun," katanya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memimpin kesiapsiagaan menghadapi dampak El Nino dan banjir di waduk Selorejo, Dau, Kabupaten Malang, 28 September 2023. Kesiapsiagaan dilakukan, menyusul prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) musim hujan diprediksi terjadi pada pekan kedua November. "BMKG memperkirakan hujan turun dengan intensitas cukup," kata Khofifah kepada para relawan.
Sebanyak 1000-an relawan didukung peralatan penanganan bencana seperti ekskavator, mobil pompa, perahu karet dan mobil dapur umum. Gubernur Jawa Timur turut mengecek peralatan untuk mengantisipasi banjir. meminta Bupati dan Wali Kota di Jawa Timur untuk mengecek dam dan rumah pompa di masing-masing daerah.
Rumah pompa, katanya, signifikan berfugsi untuk mengalirkan air banjir. Selain itu, juga memaksimalkan normalisasi sungai yang berpotensi terjadi banjir. Termasuk membersihkan tumpukan sampah, gelondongan kayu dan barang-barang yang menyumbat dam.
Selain itu, para relawan kebencanaan ditingkatkan lintas organisasi mulai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional (Basarnas), dan TNI/Polri untuk berkoordinasi. Sebelumnya, Pemerintah Jawa Timur menyelenggarakan Jambore relawan 23 September 2023 untuk penanggulangan bencana. "Kemarau panjang akibat iklim global," katanya.
Sebelumnya sejumlah hutan di kawasan Gunung Arjuna, Welirang, dan Gunung Bromo terbakar hebat. Berbagai usaha dilakukan untuk memadamkan kebakaran hutan. Khofifah mengikuti koordinasi pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Termasuk dilakukan water boombing menggunakan helikopter. "Hutan habitat satwa, butuh pemulihan. Lama," katanya.
Kesiapsiagan, katanya, dilakukan secara serius, dan koordinasi kontiyu dengan langkah-langkah sistematis, programatik dan terukur. Jawa Timur, katanya, memiliki risiko banjir bandang dan longsor. Usai apel kesiapsiagaan, Khofifah menebar 50 ribu benih ikan tawes (Barbonymus gonionotus bleeker), bader merah (Puntius bramoides), gurame (Osphronemus gouramy) dan udang. Dilanjutkan menanam pohon dunian musang king di sekitar waduk Selorejo. "Menanam pohon berarti sedekah oksigen," katanya.
Senja datang. Mentari pulang ke peraduan, langit biru berubah warna kuning keemasan memancar di batas cakrawala. Mengendarai sepeda motor, Hari kelar dari hutan. Perlahan ia memacu motor menuju rumah, melintasi jalan setapak yang di tepi berjajar pohon pinus.
Penulis: Eko Widianto, artikel ini telah dimuat di Terakota