PROFAUNA Demo Kantor Gubernur Jatim, Tolak Pabrik NIkel di Baluran

Organisasi Protection of Forest and Fauna (PROFAUNA) Indonesia memprotes keras rencana dibangunnya pabrik pengolahan (smelter) nikel di kawasan yang berdekatan dengan Taman Nasional Baluran, Situbondo. Protes keras PROFAUNA itu dilakukan dalam sebuah aksi demo teaterikal di depan kantor Gubernur Jawa timur pada hari Kamis, 23 Oktober 2014.

Dalam aksi protes itu PROFAUNA mendesak gubernur Jawa timur untuk membatalkan rencana pembangunan pabrik penglolan nikel. Pasalnya, pembukaan lahan (land clearing) yang dimulai pada akhir Agustus lalu berada di atas lahan yang berbatasan langsung dengan wilayah Taman Nasional Baluran. Isu ini dipandang krusial karena keberadaan smelter memiliki banyak dampak negatif bagi kelestarian ekosistem Baluran, dan juga secara tidak langsung bagi masyarakat.

Penelusuran PROFAUNA ada dugaan kuat bahwa pembangunan pabrik nikel tersebut belum dilengkapi dengan dokumen Analisis Menganai Dampak Lingkungan. "selain belum ada Amdal, pembangunan jalan menuju pabrik yang melewati pintu masuk kawasan Taman Nasional Baluran tersebut juga belum ada izin dari Menteri kehutanan, sehingga sangat tepat kalau pembangunan pabrik nikel itu harus dihentikan", tegas Swasti Prawidya Mukti, juru kampanye PROFAUNA.

PROFAUNA mengecam keras dibuatnya jalan menuju pabrik pengolahan nikel yang jalan tersebut melewati kawasan Taman Nasional Baluran. "Pembukaan jalan tersebut sudah tentu merupakan sebuah bentuk pelanggaran hukum karena tidak termasuk dalam jenis pemanfaatan yang diperbolehkan atas taman nasional", ujar Swasti.

Pabrik pengolahan nikel dengan bendera PT Situbondo Metaliindo itu menjadi ancaman bagi masa depan ekosistem Baluran yang menjadi habitat berbagai jenis satwa liar. Di Taman Nasional Baluran seluas 25.000 ha, itu tercatat terdapat 217 jenis burung dan 26 jenis mamalia diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).

Keprihatinan PROFAUNA terhadap kehadiran pabrik pengolahan nikel di Baluran tersebut didasari beberapa hal. Pertama, smelter merupakan sebuah sistem yang sangat boros listrik dan batubara, sebagai bahan bakar proses pengolahan. Proses smelting pun pada akhirnya akan menghasilkan konsentrat mineral, serta produk limbah padat berupa batuan dan gas buang SO2.

Saat menguap ke udara, maka senyawa SO2 dapat memicu terjadinya hujan asam (acid rain) yang jika turun ke tanah akan meningkatkan derajat keasaman tanah dan sumber air. Akibatnya, semua jenis vegetasi akan mengalami kerusakan jaringan sehingga membahayakan kelangsungan hidupnya. Secara tidak langsung, hal ini juga berarti kematian perlahan bagi satwa-satwa di Baluran.

Walaupun tidak terasa secara langsung dan dalam tempo singkat, pada manusia dan satwa semua jenis senyawa nikel juga dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, pneumonia, emphysema, hiperplasia, dan fibrosis. Selain itu, percobaan laboratorium membuktikan bahwa senyawa nikel dapat menembus dinding plasenta pada mamalia sehingga dapat mempengaruhi perkembangan embrio dengan risiko kematian dan malformasi

© 2003 - 2024 ProFauna Indonesia

ProFauna Indonesia (Temukan kami di Google+) adalah lembaga independen non profit berjaringan internasional
yang bergerak dibidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya.