Pentingnya Jaga Kelestarian Hutan, Ini Fungsi Hutan Bagi Kehidupan
Hutan bukan sekedar kayu atau pohon, namun ada kehidupan lain yang saling berinteraksi. Hutan adalah salah satu ekosistem yang kompleks, melibatkan banyak spesies yang berpengaruh bagi kehidupan manusia.
Jika mengacu UU nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, definisi hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Sebagai ekosistem yang kompleks, menjadikan hutan sebagi sebuah ekosistem yang mempunyai banyak manfaat dan fungsi bagi kehidupan di muka bumi. Berikut manfaat dan fungsi pokok hutan.
Paru-Paru Dunia, Mengurangi Pemanasan Global
Hutan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. Melalui proses fotosintesis, hutan menyerap karbon dioksida (CO2), salah satu gas rumah kaca yang mempengaruhi pemanasan global. Selain itu, hutan juga memiliki kapasitas besar dalam menyimpan karbon.
Biomassa tumbuhan hutan, seperti batang pohon, daun, dan akar, dapat menyimpan karbon yang terperangkap dari atmosfer. Selain itu, tanah di lingkungan hutan juga menyimpan sejumlah besar karbon organik agar tidak terlepas ke atmosfer.
Indonesia menempati peringkat ke-14 negara-negara penghasil emisi karbon (gas rumah kaca) tertinggi (UNDP, 2018). Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa di sektor kehutanan, emisi karbon yang dilepaskan akibat deforestasi sebesar 80%, sedangkan 20% sisanya akibat degradasi hutan.
Lingkungan hutan juga berperan dalam mengatur suhu melalui penyerapan energi matahari dan evapotranspirasi.
Fungsi Hidrologi
Hutan berkontribusi dalam siklus air dan mengatur pola cuaca, yang mempengaruhi stabilitas iklim. Hutan yang terjaga akan menyerap, menyimpan, dan melepaskan air secara teratur untuk mempertahankan ketersediaan sumber daya air tetap ada.
Hutan yang bagus akan memiliki lapisan humus dan bahan organik yang tebal di permukaan tanah. Hal ini akan menyerap air dengan baik. Air yang disimpan dalam tanah itu kemudian akan mengalir melalui lapisan bawah tanah menuju ke sungai, danau, dan menjadi mata air.
Hutan juga berperan dalam mengatur siklus air di lingkungan. Melalui proses evapotranspirasi, hutan akan mengeluarkan uap air ke atmosfer. Proses ini terjadi ketika pohon dan tumbuhan menyerap air dari tanah melalui akar dan mengangkutnya ke permukaan daun hingga menguap melalui stomata (mulut daun).
Selanjutnya, uap air yang dihasilkan melalui evapotranspirasi dari hutan berdifusi ke atmosfer dan bertemu dengan udara dingin di atmosfer atas. Ini mengakibatkan terjadinya kondensasi uap air menjadi awan.
Awan-awan ini kemudian membawa uap air dalam bentuk partikel kecil yang akan bergabung dan membentuk tetes air yang akhirnya jatuh sebagai hujan. Hutan yang luas dan lebat dapat menciptakan awan lebih banyak, sehingga akan meningkatkan peluang terjadinya hujan secara berkelanjutan.
Hasil penelitian Coresy Bradshaw terhadap 56 negara berkembang menduga bahwa penurunan tutupan hutan sebanyak 10 persen dapat meningkatkan frekuensi banjir sebanyak 4-28 persen.
Konservasi Tanah, Menahan Banjir
Hutan mempunyai peran penting dalam konservasi tanah. Sistem akar pohon yang kuat dapat membantu menjaga kestabilan dan kepadatan tanah sehingga mencegah terjadinya erosi akibat air.
Daun, ranting dan buah pohon yang jatuh juga dapat memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi tanah. Material organik yang jatuh tersebut kemudian akan menjadi humus, sehingga menambah kesuburan tanah.
Akar pohon yang kuat akan membantu mengikat tanah, sehingga mengurangi resiko longsor ketika hujan. Tegakan pohon dan sistem perakarannya, akan membantu mengurangi laju kecepatan air di permukaan tanah saat hujan, sehingga mampu mengurangi resiko banjir.
Banjir di Kota Batu tahun 2021 yang sebelumnya tidak pernah terjadi, itu tidak terlepas dari dirambahnya hutan lereng Gunung Arjuna untuk lahan pertanian. Akibatnya ketika hujan deras, air mengalir deras membawa tanah, kayu mati bekas kebakaran dan pohon. Banjir bandang di Batu ini menewaskan 6 orang dan menghancurkan ratusan ruumah dan ladang pertanian.
Bencana banjir yang lebih dahsyat pernah terjadi di Bukit Lawang, Taman Nasional Leuser di Sumatera Utara pada tahun 2003. Tercatat sebanyak 157 orang tewas, termasuk enam turis mancanegara, sedang 82 orang lainnya hingga kini masih dinyatakan hilang. Data dari Forest Watch Indonesia malah menyebutkan angka yang tewas dalam bencana banjir tersebut mencapai 300 orang. Bencana banjir ini tidak terlepas dari degradasi hutan dan maraknya pembalakan hutan.
Fungi Ekonomi
Ciri pokok suatu kawasan disebut hutan adalah adanya tegakan pohon berkayu. Pohon-pohon berkayu ini banyak yang punyai nilai ekonomi tinggi yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan. mebel dan lainnya.
Selain produk kayu, hutan mempunyai fungsi ekonomi yang berkelanjutan dari sektor wisata alam. Ada banyak wisata alam di Jawa yang memanfaatkan hutan pinus yang sebagai tempat tujuan rekerasi alam. Ribuan orang datang untuk menikmati keindahan alam di hutan.
Potensi hutan di Indonesia untuk wisata alam minat khusus yaitu bird watching juga sedang berkembang. Kegiatan bird watching ini sudah berjalan di Halmahera Maluku utara, Manokwari Papua dan Bali. Ada banyak wisatawan asing yang tertarik pergi ke hutan untuk melihat burung dan satwa liar lainnya. PROFAUNA Indonesia juga sedang mengembangkan wisata bird watching ini Jawa Timur.
Wisata melihat orangutan di habitat alaminya telah lama menjadi magnet wisatawan asing, seperti yang ada di Taman Nasional Leuser di Sumatera dan Tanjung Puting di Kalimantan. Keberadaan orangutan ini sangat tergantung dengan lestarinya hutan yang jadi habitat penting mereka.
Hutan bukan sekedar kayu, tapi juga menghasilkan produk lain non kayu seperti rotan, anggrek, madu, jamur, sayuran pakis dan tumbuhan obat. Banyak masyarakat loikal sekitar hutan yang menggantungkan ekonominya dari memanfaatkan hasil hutan non kayu.
Ratusan petani madu di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum telah merasakan keuntungan ekonomi dari menjual madu hutan. Pencari madu hutan di Kabupaten Sumbawa juga mendapatkan pemasukan ekonomi yang cukup baik dari madu.
Sejak lama masyarakat sekitar hutan kereng Gunung Arjuna telah menjual pakis hutan untuk sayuran. Di beberapa sudut hutan lereng Arjuna, tumbuhan pakis ini tumbuh sepanjang tahun. Masyarakat lokal yang tinggal di sekitar hutan mendapatkan tambahan pemasukan penting dari menjual pakis yang tumbuh di hutan.
Keanekaragaman Hayati
Hutan menjadi tempat tinggal tinggal beragam spesies satwa dan tumbuhan. Banyak diantaranya spesies yang tergantung hidupnya dengan keberadaan hutan. Tanpa hutan, spesies tersebut tidak akan hidup.
Indonesia memiliki tutupan hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brazil dan Congo. Indonesia setidaknya mempunyai lebih dari 17.000 pulau dengan beragam spesies tumbuhan dan satwanya.
Setiap spesies di hutan memiliki peran dan fungsi ekologis masing-masing, serta saling berinteraksi untuk mempengaruhi rantai makanan dan keseimbangan ekosistem. Hutan yang utuh akan menjamin keseimbangan ekosistem hutan.
Hutan hujan Indonesia menjadi rumah bagi ribuan jenis keanekaragaman spesies, sehingga Indonesia disebut sebagai Megabiodiversity Country. Daratan Indonesia hanya mencakup 1,3% daratan bumi, tetapi Indonesia memiliki 10 % tumbuhan dunia, 12 % mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17 % burung (Collin et al. 1991).
Indonesia mempunyai kekayaan jenis-jenis palem yang terbesar di dunia, lebih dari 400 jenis kayu dipterocarp (jenis kayu komersial terbesar di Asia Tenggara) dan kurang lebih 25 ribu tumbuh-tumbuhan berbunga.
Indonesia menduduki tempat pertama di dunia dalam kekayaan jenis mamalia (515 jenis, 36 % diantaranya endemik), menduduki tempat pertama juga dalam kekayaan jenis kupu-kupu swallowtail (121 jenis, 44 % di antaranya endemik), menduduki tempat ketiga dalam kekayaan jenis reptil (lebih dari 600 jenis), menduduki tempat keempat dalam kekayaan jenis burung (1519 jenis, 28 % diantaranya endemik), menduduki tempat kelima dalam kekayaan jenis amfibi (lebih dari 270 jenis) dan menduduki tempat ketujuh dalam kekayaan flora berbunga.
Fungsi Sosial Budaya
Selain fungsi ekologi dan ekonomi, hutan mempunya arti penting bagi masyarakat adat dan lokal, karena terkait dengan sosial budaya. Banyak masyarakat adat yang tergantung dengan hutan terkait obat-obatan tradisional, seperti yang ada di Mentawai, Sumatera Barat.
Masyarakat Dayak di Kalimantan juga tidak bisa terlepas dari hutan. Mereka memanfaatkan ratusan jenis hasil hutan untuk sumber makanan, obat-obatan, upacara, kebudayaan dan sumber ekonomi. Mereka juga punya kearifan tradisional untuk menjaga hutan tetap lestari, karena hidup mereka tergantung dengan hutan.
Masyarakat adat Baduy di Banten mempunyai hukum adat dalam hal perlindungan hutan. Hutan bagi masyarakat adat Baduy sebagai jantung kehidupan yang memberikan mereka makan, air dan keberlangsungan hidup anak cucu. Masyarakat adat Baduy mengenal konsep hutan dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan fungsi, yaitu hutan larangan, hutan dudungusan, dan hutan garapan.
Link terkait: