Jalan Terjal Sugianto Hijaukan Hutan di Malang

Perasaan sedih dengan mata berkaca-kaca bercampur kesal masih tampak dari raut wajah Sugianto 48 tahun. Seorang petani yang juga warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang itu tidak kuat menahan air matanya bercerita bagaimana parahnya penggundulan hutan terjadi di daerahnya beberapa tahun lalu.

Meski dirinya sudah tidak ingat betul kapan kejadian tersebut. Satu-satunya yang diingatnya hanya pohon-pohon besar roboh tanpa sisa serta bunyi-bunyi senso (mesin pemotong) terdengar di semua penjuru arah yang digunakan untuk membabat habis.

"Saya kalau cerita ini (penggundulan hutan), ngeri dan sakit hati. Ini kan hutan lindung, harusnya dilindungi. Jangan main tebang dan digunduli begitu saja," kata dia saat mengawali ceritanya kepada Tagar di Pos Lapangan Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA) Indonesia di Kebun Bibit Raya (KBR) Desa Tambakrejo Minggu 19 Januari 2020 lalu.

Sugianto yang mengaku kekesalan dan kekecewaanya masih tertanam hingga sekarang. Apalagi, ketika mengetahui langsung bahwa dibalik penggundulan hutan tersebut adalah oknum petugas. Yang mana, diketahuinya mereka mestinya menjaga kelestarian hutan.

"Mau dibawa ke mana hutan ini. Jika semuanya ditebangi. Sakit hati saya melihat hutan gundul seperti ini. Oknum-oknum di bawah ini tidak tegas. Di sana ada petugas, ke mana petugasnya," ungkapnya sambil lalu mengusap air matanya dengan kaos lusuh berwarna abu-abu yang dikenakannya.

Selain itu, dia juga bercerita bagaimana perjuangannya dalam menghijaukan hutan tidak pernah mendapatkan izin. Padahal, bibit yang akan ditanamnya merupakan hasil dirinya sendiri yang ditandurnya dari biji-bijian pungutan di tempat sampah di pasar.

"Saya mau melakukan penanaman ini nggak pernah diizini. Alasannya hutan produksi dan lain sebagainya. Saat itu saya mas Erik yang mau izin melakukan penanaman ini," tegas suami Sihkati Mundi Prataningtyas sambil mengelus dadanya.

"Anehnya, pohon-pohon tersebut senaknya ditebangi tanpa pilih. Pohon yang sudah berbuah, seperti kelapa juga di tebang habis. Sakit kalau saya melihat kebelakang," ungkapnya dengan wajah sedih bercampur emosi menceritakan kejadian yang diketahuinya langsung.

Waktu itu, Sugianto bahwa kondisi hutan di Desa Tambakrejo tidak seperti sekarang. Beberapa pohon masih tumbuh dan berbuah dengan lebatnya. Suara burung, merak, kijang, babi hutan, banteng dan harimau masih terlihat serta terdengar suaranya menghiasi belantara hutan setiap harinya.

"Sudah berubah total. Pohon kelapa dulu nggak seperti ini dan masih banyak. Sekarang sudah habis karena ditebangi semua. Pantai enggak kelihatan dari saking lebatnya waktu itu," ungkap kakek dengan satu cucu ini.

"Masyarakat mau ke pantai lewat sini enggak berani dulu. Karena, banyak hewan buas. Seperti babi hutan, harimau itu lalu lalang. Sekarang, sudah ngak ada semuanya," ucapnya.

Selain kehilangan habibat hewan tersebut. Penggundulan hutan ini dikatakannya juga berdampak pada matinya beberapa sumber mata air. Dari sebelumnya mengalir dengan deras sudah banyak yang mati dan masyarakat pun kesulitan.

"Sekarang air sulit. Kami, masyarakat disekitar sini saja untuk minum sulit. Jangan salahkan siapa, ini kesalahan manusianya. Karena sudah tidak ada yang peduli dengan hutan," ujarnya.

"Beberapa tahun lagi mungkin ini akan habis. Bisa jadi, nantinya malah akan banyak longsor atau bencana apapun akan terjadi," tegasnya.

Karena itulah, Sugianto sekali lagi menegaskan dirinya siap melawan siapapun yang menghalangi perjuangannya untuk melestarikan hutan. Walaupun dirinya diketahui harus berhadapan dengan petugas negara.

"Saya tentang (lawan) siapapun yang menghalangi pelestarian ini. Saya tidak peduli. Tujuan saya cuma mau melestarikan hutan ini agar subur kembali dan hijau. Kenapa dihalang-halangi," tuturnya.

Diacuhkan dan Dikucilkan Masyarakat

Dalam prosesnya, Sugiato menyampaikan memang tidak sangat mudah. Dia mengaku beberapa kali sering mendapat penolakan dari petani lain yang diajaknya untuk melakukan pelestarian hutan.

"Saya sampai dimusuhi. Malah ada yang ngomong. Kon iki kate dadi antek-anteknya Perhutani. Sampai saya terpencil," ungkapnya.

"Saya enggak ada teman melestarikan ini. Sebelum sama PROFAUNA ini enggak ada, cuma istri saya yang dukung," imbuhnya.

Karena itulah, Sugianto bersama Sihkati Mundi Prataningtyas yang merupakan istrinya setia berdua melestarikan hutan sampai sekarang. Makanya, istrinya juga tidak banyak tanya saat ketika mencari biji-biji di tempat sampah saat dia mengantarnya belanja di pasar. Bahkan, sesekali dilakukan bersama dan berlangsung hingga sekarang.

"Saya bercita-cita ingin membuat bedengan-bedengan yang banyak untuk dikembangkan dan dibuat melestarikan hutan. Itu cita-cita saya dan istri yang tetap setia mendampingi sampai sekarang," kata Sugianto.

Hingga saat ini sejak tahun 1999-2000 dirinya melakukan pelestarian hutan sendirian. Dia menyampaikan sudah banyak ribuan bibit siap tanam yang dikembangkannya dilahan seluas satu hektar.

Diantaranya yaitu pohon sengon, sirsak, kelapa dan alpukat. Dari semuanya, beberapa pohon tersebut juga sudah banyak ditanam di beberapa hutan di Malang yang gundul.

"Makanya, saya sakit kalau ada yang bras-bres dengan senso seenaknya memotong pohon. Sekarang, kalau ditanami satu pohon. Berapa tahun nunggunya. Makanya, janganlah main hajar dan main senso seenaknya," tegasnya.

Terkait, penolakan para petani waktu itu. Sugianto menjelaskan alasan mereka rata-rata karena pohon yang ditawarkannya untuk ditanam tidak menguntungkan secara ekonomi. Namun, dirinya tidak pernah putus asa untuk menyadarkan masyarakat bersama istrinya.

"Saya tidak jenuh-jenuh menyadarkan semua orang. Hutan wes koyok ngene (sudah seperti ini). Lek awak dewe ngak peduli ambek hutan iki (kalau kita tidak peduli dengan hutan ini). Masa depan anak cucu awak dewe ya opo (kita sendiri seperti apa)," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, disebutkannya sudah mulai banyak yang sadar. Karena, beberapa tahun sebelumnya mereka merasakan akibat dengan kesulitan air tersebut. Sekarang, dari pelestariannya banyak yang menikmati dengan mudahnya kembali air.

"Dulu angel nyadarno wong (sulit menyadarkan orang). Tapi, sekarang sudah banyak yang lumayan sadar. Pokoknya, saya ini ingin melestarikan hutan sampai kapanpun. Jika hutan ini subur, kan akhirnya makmur semua," tuturnya.

Ketua Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA) Indonesia, Rosek Nursahid mengatakan keberadaan hutan lindung di Malang bisa dibilang sudah berada diambang kerusakan total akibat penggundulan hutan atau deforestasi. 

Seperti kondisi Hutan Lindung Sendiki yang berada di kawasan Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang dengan kerusakan kurang lebih sudah mencapai 70 persen dari luas lahan yang ada yaitu 538 hektar.

Bahkan Profauna sudah melihat langsung kerusakan hutan lindung Sendiki. Beberapa pohon di hutan lindung tersebut sudah hilang akibat penebangan liar oleh oknum-oknum tertentu. 

Keadaan seperti itu sudah terlihat saat pertama kali memasuki hutan yang berdempetan langsung dengan Pantai Sendiki ini. Bahkan, tampak beberapa pohon yang sudah ditebang dan dibiarkan begitu saja.

Saat melihat sisa potongan kayunya. Bisa diperkirakan bahwa penebangan liar pohon di Petak 68 D Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Sumber Kembang, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Sumbermanjing Wetan ini ada yang baru yaitu sekitar 1 hingga 2 hari yang lalu.

"Seperti ini faktanya di lapangan (menunjuk pohon-pohon yang ditebang). Bisa dilihat, bagaimana kondisinya. Ini menunjukkan penebangan liar masih ada dan dibiarkan begitu saja," ujarnya. []

Catatan:

  • Artikel ini telah dipublikasikan di media Tagar.id pada tanggal 21 Februari 2020. Foto-foto pada artikel ini telah diganti dengan foto koleksi tim PROFAUNA Indonesia.
  • Saat ini Sugianto selain sebagai petani hutan, juga aktif di PROFAUNA Indonesia untuk program Konservasi Hutan Dataran Rendah (KHDR) di Malang selatan
© 2003 - 2024 ProFauna Indonesia

ProFauna Indonesia (Temukan kami di Google+) adalah lembaga independen non profit berjaringan internasional
yang bergerak dibidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya.