Seruan ProFauna di hari bumi: Saatnya Berubah, untuk Hutan dan Kehidupan Kita

Demo di samping stadion Gajayana Malang dengan tema Saatnya BerubahSetiap tanggal 22 April para pecinta lingkungan merayakan hari bumi yang pertama kalinya digagas oleh Gaylord Nelson, seorang senator di Amerika, pada tahun 1970. Sejak itu setiap orang (baca; pecinta lingkungan) selalu memperingati tanggal 22 April sebagai hari bumi. Peringatan hari bumi itu diekspresikan secara beragam, mulai dari diskusi, seminar, demonstrasi, pameran hingga pentas musik. Tanggal 22 April seakan-akan menjadi hari yang membuat kita ingat akan nasib bumi yang kian "tua" dan rapuh.

Pada peringatan hari bumi tahun 2010 ini ProFauna dengan dukungan lebih dari 500.000 supporternya merayakan hari bumi dengan mengusung tema "Saatnya berubah, untuk hutan dan kehidupan kita". ProFauna menyerukan kepada masyarakat untuk memulai sebuah gerakan nyata untuk membantu menyelamatkan hutan Indonesia yang kini luasnya tinggal 120 juta ha. Saatnya berhenti sekedar diskusi, seminar dan debat, kini yang diperlukan adalah aksi nyata untuk membantu deforestasi yang melaju dengan cepat.

Beberapa tindakan nyata yang bisa dilakukan oleh setiap individu adalah misalnya dengan hemat kertas karena bahan kertas adalah kayu hutan. Diperkirakan saat ini 70% bahan kertas itu menggunakan kayu dari hutan alami. Padahal hutan Indonesia yang luasnya tinggal 120 juta ha itu dilaporkan 70 juta ha diantaranya telah mengalami kerusakan. Setiap tahunnya sekitar 1,8 juta ha hutan ditebang. Sebuah laju deforestasi yang teramat cepat dan mengkuatirkan kehidupan manusia dan satwa liar yang tergantung dengan hutan.

ProFauna juga mengajak masyarakat untuk mengurangi pemakaian minyak kelapa sawit, karena perkebunan kelapa sawit mengancam kelestarian hutan. Apalagi adanya wacana yang muncul dari pemerintah yang akan memasukan perkebunan sawit sebagai bagian dari hutan, ini akan semakin melapangkan ekspansi besar-besaran perkebunan sawit di Indonesia. ProFauna menyerukan masyarakat sebagai konsumen mulai beralih ke minyak non sawit, misalnya minyak kelapa.

Kawasan Hutan Taman Nasional Bromo Tenger Semeru (TNBTS)Perilaku gemar berburu satwa liar di hutan untuk kesenangan juga harus mulai ditinggalkan masyarakat modern. Fakta menujukan adanya korelasi antara perburuan satwa liar dan kebakaran hutan yang terjadi di beberapa daerah. Pemburu sering sengaja membakar hutan untuk menggiring satwa buruan atau mereka juga secara "tidak sengaja" telah membakar hutan karena putung rokok dan api unggun yang tidak padam dengan sempurna.

ProFauna sebagai organisasi perlindungan satwa liar dan hutan Indonesia juga mengajak masyarakat untuk berani bersikap kritis terhadap kebijakan ataupun tindakan yang merusak hutan. Pendiri ProFauna Rosek Nursahid mengatakan, "Sudah saatnya masyarakat berani bersuara lantang untuk menyuarakan hutan dan satwa liar yang tidak bisa berbicara. Pelestarian hutan adalah juga untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Saatnya berubah dan bertindak!"

© 2003 - 2024 ProFauna Indonesia

ProFauna Indonesia (Temukan kami di Google+) adalah lembaga independen non profit berjaringan internasional
yang bergerak dibidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya.